About gubuk judi

Sephiroth segera menurunkan tangannya dan menepis lembut lutut Cloud yang berdarah. Cloud mendesis kemudian menyipitkan mata menahan sakit. "Jangan membodohi dirimu sendiri. Aku tahu batasan manusia sepertimu."

“Sephiroth.” ‘Ia’ pasti melakukan sesuatu demi dirinya. ‘Ia’ sepertinya /tahu/ apa yang akan terjadi. Dan mungkin satu-satunya orang yang ia perlu cari untuk informasi tentang hal aneh yang saat ini menimpa dirinya. Ia hanya tidak tahu dimana ia bisa mencari iblis itu.

(Estimated price range put in for getting key terms in Google AdWords for ads that appear in paid search results - regular monthly estimation)

Suara gemuruh gema terdengar keras sebelum cahaya sangat terang di ujung ruangan perlahan berubah dan mengambil rupa sesuatu yang besar, yang bersinar terang bagai seribu lampu yang dinyalakan bersamaan. Cahaya terang itu perlahan memudar dan menyisakan di tempatnya seekor Naga putih raksasa yang duduk dengan penuh kemuliaan. Naga itu memiliki ribuan berlian putih seperti cermin menghiasi tubuhnya--membentuk interval mozaik yang menyelimuti tubuhnya bagai sisik, sepasang tanduknya terbuat dari perak, dan matanya berkobar api, menjilat-jilat di sepanjang kelopaknya.

Aerith dan Zack berjalan mendekat ke ‘sesuatu’ yang mereka lihat dan berjongkok bersamaan, melihat makhluk hitam yang tubuhnya hancur berantakan. “Mungkin.” Jawab Zack.

Ketika mendengar jawaban itu, beberapa prajurit di sekitar sang Naga perlahan berjalan menuju satu-satunya pintu keluar dan berdiam disana. Sang Naga pun perlahan berdiri dan mulai merayap mendekat. Dentuman langkahnya yang berat membuat tanah sekitar berdebum ditimpa kaki kurus bercakar setajam pisau cukurnya.

Mengayunkan tangannya, menepis rambut yang lunglai jatuh ke dekat matanya, Ultimecia beranjak pergi dari cahaya bulan yang menerangi ruangan yang masuk lewat jendela begitu mendapat sebuah kemungkinan yang mungkin telah terjadi barusan.

Kapak hitam berkarat menghempas kepala monster laba-laba yang hendak menerkamnya dari atas. Makhluk merah bermata delapan, berbulu cambuk itu terlempar turun dari atas langit-langit gua, luka sabetan senjata sebelumnya membelah sebagian lapisan tengkorak yang menjadi rangka kepala iblis peranakan kecil itu.

Nafas serigala hitam itu tiba-tiba tercekat. Mata nya berubah tidak fokus seperti hendak mengingat kembali kejadian di masa lalu. “Boar…? Itu berarti…”

Hanya mendapati dirinya berada di sebuah meja makan, dimana hanya ia dan Naga itu saja yang duduk. Meja makan itu sangat besar dan mewah, terbuat dari permata yang sama indahnya dengan sisik berlian sang Naga.

Fenrir melolong keras, tanda bahwa ia tidak akan bermain-primary lagi. Ia pun membuka mulutnya lebar-lebar dan menyemprotkan api merah kelaparan yang dengan mudahnya membakar seluruh isi gua. Berbarengan dengan sang angin, api itu menjadi besar, bergabung dengan angin tajam tersebut sehingga pergerakan serangan menjadi dua kali lipat lebih cepat, dan dengan begitu, tidak memberi celah bagi Boar untuk lolos.

Menjentikkan jarinya, waktu pun kembali berjalan. Jasad hitam—seperti wujud kloning dari Erzur yang tidak bernyawa, mengambil tempat sebelumnya wanita itu berdiri. Sebaliknya, sosok Ultimecia tiba-tiba saja menghilang tanpa meninggalkan jejak…

Sephiroth sempat bertanya-tanya, tapi mau bagaimana lagi, ia tidak punya banyak alternatif. Kaisar akan segera kembali untuk mengecek prajurit-prajurit yang ikut perang… dan ia… ia juga harus /ikut/ berperang layaknya jendral-jendral lainnya. Sephiroth gubukjudi berharap semoga saja… semoga saja Cloud tidak ada disana ketika ia membantai mereka…

Cloud meraung kesakitan ketika kaki tajam seperti kait itu menusuknya dalam dan memutarkan posisinya menjadi jatuh terbaring. Ia bisa merasakan tulangnya patah. ‘Taring itu!’ Teriak Cloud dalam pikirannya. Ketika wanita siluman itu menunduk untuk menggigitnya dengan taring spesialnya, Cloud dengan sekuat tenaga berusaha untuk keluar dari posisi, tetapi tetap tidak mampu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *